Surat Ibrahim (Sabar dan Syukur)
Allah swt berfirman dalam
Al Qur’an surat Ibrahim ayat 7 :
artinya: “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur pasti Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu dan jika kamu
mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Hidup di dunia pada
hakekatnya adalah ujian untuk meraih kesuksesan hidup dunia dan akherat.
Sebagaimana ujian-ujian yang dilakukan bagi para pelajar pada hakekatnya ujian
adalah untuk menaikkan derajatnya. Bahkan seseorang terkadang sengaja mengikuti
ujian-ujian tertentu dalam rangka untuk mengetahui kemampuannya. Semakin tinggi
derajat yang hendak diraih maka ujian yang dihadapi juga semakin sulit dan
berat. Derajat keimanan akan semakin tinggi seiring keberhasilan seseorang
dalam mengahadapi ujian atau cobaan yang Allah berikan kepadanya. Dalam hadits
sahih Rasulullah bersabda, “Orang yang paling banyak mendapat cobaan adalah
para nabi, kemudian orang-orang shaleh, dan selanjutnya orang-orang yang
memiliki derajat yang tinggi dalam agama. Karena seseorang diberikan cobaan
sesuai dengan kualitas agamanya. Jika agamanya teguh, maka ia mendapatkan
tambahan cobaan.”
Ujian dengan demikian
tidak perlu ditakuti. Ujian mesti dihadapi karena pada hakekatnya ujian adalah
suatu kesempatan untuk mengetahui tingkat atau derajat kita. Ujian hidup
manusia atas keimanannya juga tergantung pada derajat iman seseorang. Menurut
Hadits Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi bahwa iman itu
terbagi 2 bagian, yaitu separo ada dalam syukur dan separo ada dalam sabar. Maka
syukur dan sabar harus dipegang teguh karena merupakan tanda lulus tidaknya
ujian keimanan seseorang.
Syukur dan sabar adalah
merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Sebagaimana kehidupan kita yang terkadang senang atau susah, lapang atau
sempit, kaya atau miskin dan lain-lain. Hidup adalah ujian, maka atas kondisi
apapun kita ada dalam ujian Allah swt. Pada saat kita mendapatkan kesenangan,
kelapangan rizki, menjadi orang kaya ujiannya adalah pandai tidak kita bersyukur.
Sedangkan pada suatu ketika kita mendapatkan kesusahan, kesempitan rizki,
menjadi orang miskin ujiannya adalah mampu tidak kita bersikap sabar.
Kalau kita sadari banyak
sekali nikmat yang telah Allah swt berikan kepada kita dan bahkan kalau mau
dihitung sungguh tidak akan sanggup menghitungnya. Maka sungguh beruntung orang
yang mampu bersyukur dan kasihan betul orang yang tidak mampu mensyukuri nikmat
Allah swt yang sangat banyak itu. Dalam ayat di atas ( Al Qur’an surat Ibrahim
ayat 7) Allah swt bahkan telah menjanjikan akan menambah nikmatnya bagi
siapapun yang pandai bersyukur.
Para ulama mengemukakan
tiga cara bersyukur kepada Allah.
Pertama, bersyukur
dengan hati nurani. Hati nurani manusia selalu benar dan jujur. Maka orang yang
bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari
banyaknya nikmat Allah. Pada hati yang paling dalam, kita sebenarnya mampu
menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh tidak lain berasal dari Allah.
Kedua, bersyukur
dengan ucapan. Ungkapan yang paling baik untuk menyatakan syukur kita kepada
Allah adalah melafalkan hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda,
”Barangsiapa mengucapkan subhana Allah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa
membaca la ilaha illa Allah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca
alhamdu li Allah, maka baginya 30 kebaikan.”
Ketiga, bersyukur
dengan perbuatan, yang biasanya dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan
Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Dalam
surat An-Nahl ayat 78 yang artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” Kalau kita pikir
lebih dalam, bagaimana jadinya jika manusia hidup di dunia dalam keadaan buta
dan tuli? Maka dia tidak dapat berbuat apa-apa, hidupnya dihabiskan di rumah
sakit, dan menjadi beban orang lain. Demikianlah nikmat penglihatan,
pendengaran, dan akal menjadi nikmat sarana dasar kehidupan manusia. Menurut
Imam al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk
bersyukur. Antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan
kaki.
Kesabaran merupakan salah
satu sifat sekaligus ciri orang mukmin, sebagaimana hadits yang riwayatkan imam
Muslim yang artinya: “Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman,
karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia
bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya.
Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui)
bahwa hal tersebut adalah baik baginya.”
Para ulama membagi
kesabaran menjadi tiga yaitu:
Pertama, sabar dalam
ketaatan kepada Allah. Dalam merealisasikan ketaatan kepada Allah memang
membutuhkan kesabaran, karena pada umumnya jiwa manusia enggan untuk beribadah
dan berbuat ketaatan.
Kedua, sabar dalam
meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran
yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan,
seperti: berkata dusta, meningkari janji, memandang sesuatu yang
dilarang dan lain-lain.
Ketiga, sabar dalam
menghadapi musibah atau malapetaka.
Syukur dan sabar demikian
penting sebagai sarana peningkatan kualitas diri dan keimanan seseorang. Untuk
itu marilah kita sama-sama berharap akan pertolongan-Nya, semoga Allah Yang
Maha Pemurah, senantiasa menggolongkan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang mampu
bersyukur dan bersabar. Syukur atas semua nikmat-Nya, bersabar atas ujian yang
ditimpakan-Nya. Amien.
0 komentar :
Post a Comment